Banner 468 x 60px

 

Kamis, 27 Maret 2014

Sanitasi Lingkungan

0 komentar
MAKALAH
SANITASI INDUSTRI PERIKANAN
(SANITASI LINKUNGAN)



Oleh:
Kelompok 6
Yolanda Mahruro                                (115080313111001)
Setiyawati                                           (115080313111002)
Lulus Mualimin                                   (115080313111006)
Putri Pertiwi                                        (115080313111008)
Faizul Amam                                       (115080313111010)
Durrotul Faizatun N                            (115080313111012)
                        A. Fera Jayanti                                    (115080313111014)
                        Shindi Puspitaneng Pansri                      (115080313111018)
                        Siti Rima Julianti                                     (115080313111020)
                        Najizul Maru’fah                                    (115080313111022)


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Sanitasi Lingkungan ”.
            Tulisan ini berisi informasi tentang  cara untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, sanitasi lingkungan dan kesehatan, upaya menciptakan sanitasi lingkungan yang baik, serta pencegahan dan penanggulangan penyebaran penyakit endemik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat untuk penilaian mata kuliah Sanitasi Industri Perikanan. Tulisan ini juga untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
            Dalam penulisan tulisan ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
           



Malang, 7 Desember 2013



                                                                                                                                          Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................  i
DAFTAR ISI .................................................................................................  ii
BAB 1 PENDAHULUAN
.... 1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
          1.2 Rumusan Masalah .................................................................................  2
          1.3 Maksud dan Tujuan ..............................................................................  2
          1.3 Sistematika Penulisan ...........................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Meningkatkan Sanitasi Lingkungan...................................................... 3
2.1.1 Faktor Lingkungan (Fisik, Biologis, Sosial)................................... 3
2.1.2 Tingkat Kemampuan Ekonomi...................................................... 4
2.2 Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan...................................................... 10
2.3 Upaya Menciptakan Sanitasi Lingkungan yang Baik............................ 13
2.4 Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Penyakit Endemik........ 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 21
3.2 Saran...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA


1.      PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Sanitasi yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh di bawah kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya, muncul berbagai jenis penyakit yang salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Di dunia, penyakit tersebut telah menimbulkan kematian sekitar 2,2 juta anak per tahun dan menghabiskan banyak dana untuk mengatasinya (UNICEF, 1997). Minimnya sanitasi lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah, tinja, saluran pembuangan, dan kesehatan masyarakat telah menyebabkan terus tingginya kematian bayi dan anak oleh penyakit diare dan berperan penting dalam mengundang munculnya berbagai vektor pembawa penyakit.
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup : (1) pasokan air yang bersih dan aman;  pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri yang efisien; (3) perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia; (4) udara yang bersih dan aman; (5) rumah yang bersih dan aman.
Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan berkurang. Oleh karena itu, upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.
Penanganan sanitasi lingkungan oleh pemerintah sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala. Jumlah fasilitas yang ada tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Selain itu, masyarakat di banyak wilayah masih mempraktekkan perilaku hidup yang tidak sehat, seperti buang air besar di kebun atau di sungai yang airnya kotor, membuang sampah sembarangan dan lain-lain. Oleh karena itu, diharapkan ada suatu upaya untuk mengajak orang-orang di sekitar kita untuk mempraktekkan hidup sehat dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik.

1.2              Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1.    Bagaimana cara meningkatkan sanitasi lingkungan ?
2.    Bagaimana hubungan sanitasi lingkungan dan kesehatan ?
3.    Bagaimana menciptakan sanitasi lingkungan yang baik ?
4.    Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan penyebaran penyakit endemik ?

1.3              Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat untuk mempraktekkan hidup sehat dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik sehingga tercipta kesejahteraan di lingkungannya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui cara meningkatkan sanitasi lingkungan yang baik
2.    Untuk mengetahui  hubungan sanitasi lingkungan dan kesehatan
3.    Untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang baik
4.    Agar dapat menerapkan pencegahan dan penanggulangan penyebaran penyakit endemik

1.4              Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I mengemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan serta sistematika penulisan. Bab II membahas tentang cara untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, sanitasi lingkungan dan kesehatan. upaya menciptakan sanitasi lingkungan yang baik, pencegahan dan penanggulangan penyebaran penyakit endemik. Bab III mengemukakan kesimpulan dan saran yang dianggap perlu.
2.      PEMBAHASAN

2.1              Meningkatkan Sanitasi Lingkungan
Lingkungan yang sanitasinya buruk akan berdampak buruk pula bagi kesehatan. Berbagai jenis penyakit dapat muncul karena lingkungan yang bersanitasi buruk menjadi sumber berbagai jenis penyakit. Agar kita terhindar dari berbagai penyakit tersebut maka lingkungan harus selalu terjaga sanitasinya, khususnya rumah dan lingkungan sekitar.
Rumah memiliki fungsi beragam, selain sebagai tempat berlindung dari panasnya sinar matahari dan hujan, rumah juga menjafi tempat untuk melakukan sosialisasi antar penghuninya, rumah menjadi tempat bagi orang tua untuk membesarkan dan mendidik anaknya, saling berbagi antar sesama anggota keluarga, dan menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat dari kesibukan kerja.
Sebagian waktu manusia dihabiskan dirumah. Karena itu, kondisi rumah dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental penghuninya. Rumah yang sehat  akan  memberikan kesehatan penghuninya. Selain sehat rumah juga harus aman dan perlu pula memperhatikan estetika agar dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan. Karena itu dalam membangun rumah perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.

2.1.1        Faktor Lingkungan (Fisik, Biologis, Sosial)
Lingkungan fisik, biologis maupun sosial perlu diperhatikan dalam membangun rumah. Rumah didaerah pantai atau daratan rendah sebaiknya dibuat agar terhindar dari banjir. Langit-langit rumah dibuat lebih tinggi dan lebih banyak ventilasi udara untuk mengurangi panas. Didaerah daratan tinggi atau pegunungan, rumah sebaiknya dibuat agar ruangan dalam lebih hangat. Rumah didaerah rawan gempa juga perlu disesuaikan agar tidak mudah roboh. Bagi rumah yang dekat dengan hutan, dibuat agar aman dari serangan binatang buas.
Faktor sosial, juga perlu diperhatikan agar rumah tidak terkesan aneh, lain dari yang lain. Adat dan budaya setempat sebaiknya perlu diperhatikan dalam menentukan bentuk rumah biasanya merupakan hasil adaptasi dengan lingkungan fsisiknya. Selain itu, tentu saja agar warisan budaya  tetap terpelihara melalui bentuk rumah yang kita bangun.

2.1.2        Tingkat Kemampuan Ekonomi
Bentuk dan ukuran rumah serta bahan yang akan digunakan sangat terkait pula dengan kemampuan ekonomi. Namun demikian, tidak berarti mengabaikan persyaratan keamanan, kesehatan, dan kenyamanan.  Persyaratan tersebut tidak selalu harus dipenuhi dengan harga yang  mahal.  Sebagai contoh, untuk memenuhi tuntutan keamanan, kesehatan, dan kenyamanan dapat pula digunakan bahan yang sederhana seperti bambu atau kayu.
Jika rumah dibangun, maka lingkungan rumah harus terjaga kesehatanyya. Rumah yang sehat memiliki sejumlah persyaratan yaitu sebagai berikut.
a.                  Bahan bangunan
Bahan bangunan tidak selalu harus mahal untuk memenuhi persyaratan kesehatan. Bahkan didaerah pedesaan banyak alternatif bahan bangunan yang murah seperti bambu dan kayu lokal.
1)   Lantai
Lantai sebaiknya dari ubin, keramik atau semen agar tidak lembab dan tidak menimbulkan genangan atau kebecekan serta debu dibandingkan jika berlantaikan tanah, walaupun demikian, karena bahan-bahan tersebut cukup mahal bagi keluarga kurang mampu, maka sebaiknya dibuat rumah panggung yang lantainya dari bambu atau papan agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
2)   Dinding
Dinding rumah sebaiknya dibuat dari tembok, tetapi dengan ventilasi yang cukup. Sebenernya didaerah tropis yang lebih cocok adalah dri bambu atau dari papan agar lubang-lubang pada dinding atau papan dapat berfungsi sebagai ventilasi.
3)   Atap genteng
Atap genteng banyak dipakai oleh pendududk indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Di samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri, namun demikian, ada penduduk yang tidak mampu untuk membelinya sehingga dapat diganti dengan atap daun rumbai atau daun kelapa dengan resiko lebih mudah terbakar. Sejumlah wilayah indonesia, atap seng biasa dipakai seperti di Padang, Aceh dan lain-lain. Atap tersebut sebenarnya kurang cocokdipakai didaerah tropis karena dapat menimbulkan suhu panas didalam rumah.
4)   Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Rumah di Indonesia , terutama dipedesaan masihbanyak yang menggunakan tiang dari bahan kayu. Bambu banyak dimanfaatkan untuk kaso, dan reng. Bahan-bahan tersebut terbukti tahan lama, namun demikian keduanya dapat dijadikan sarang tikus yang bisa menjadi vektor pembawa  penyakit, karena itu, bambu harus diperhatikan cara memotongnya, yaitu  menurut ruas-ruas bambu atau diujung bambu ditutup dengan kayu.

b.                 Ventilasi
Rumah yang sehat harus memungkinkan pertukaran udara dengan luar rumah. Karena itu, harus dilengkapi dengan ventilasi yang cukup. Ada dua macam ventilasi yaitu:
1)   Ventilasi alamiah
     Ventilasi alamiah adalah ventilasi yang dibuat dalam bentuk lubang udara yangmemungkinkan udara keluar atau masuk secara alamiah, ventilasi jenis ini memiliki keuntungan yaitu tanpa menggunakan alat untuk mengalirkan udara sehingga bisa menghemat penggunaan energi. Namun ventilasi alamiah ini merupakan jalan masuk nyamuk dan serangga lainnya kedalam rumah. untuk itu, sebaiknya ditutup dengan ram kawat yang agak rapat.
2)   Ventilasi buatan
Yaitu alat-alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Selain tidak hemat energi, ventilasi jenis ini harus dijaga agar uadara tidak berhenti atau membalik lagi.
Ventilasi menjadi persyaratan mutlak suatu rumah yang sehat karena fungsinya  yang sangat penting. Pertama, untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Jika ventilasi kurang , maka ruangan mengalami kekurangan O2 dan bersamaan dengan itu kadar CO2 yang bersifat racun meningkat. Kedua, aliran udara yang terus-menerus dapat membebaskan udara dalam ruangan dari bakteri-bakteri patogen. Tidak cukupnya ventilasi juga mengakibatkan kelembapan uadara dalam ruangan meningkat. Udara yang lembab menjadi media yang sangat baik bagi berkembangnya bakteri-bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit). Ketiga, menjaga agar ruangan tetap memiliki kelembapan yang optimum.

c.                  Cahaya
Rumah yang dibangun harus dirancang agar cahaya dapat masuk kedalam rumah  dalam jumlah yang cukup. Artinya, cahaya yang masuk tidak kurang dan tidak lebih. Rumah dan tidak terlalu banayak. Jika ruangan dalam rumah kurang cahaya, maka udara dalam ruanagan akan menjadi media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya jika terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau dan dapat merusak mata. Cahaya yang lebih atau kurang tentunya juga akan mengurangi kenyamanan, cahaya dalam ruangan dapat bersumber dari :
1)   Cahaya alamiah, yaitu cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat mebunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah. Karena itu, diupayakan agar setiap ruangan dalam rumah dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup. Jendela dibuata dengan luas minimal 15-20% dari luas lantai. Posisi jendela berada di tengah-tengah tinggi dinding dan tidak boleh terhalang oleh bangunan lain.
2)   Cahaya buatan, yaitu cahaya yang bersumber bukan dari cahaya matahari, misalnya lampu, lilin, dan lain-lain. Cahaya dari sumber tidak alamiah ini diupayakan cukup terang, terutama untuk keperluan membaca agar mata kita tidak rusak.

d.                  Luas Bangunan Rumah
Rumah yang sehat juga harus memperhatikan kepadatan penghuninya. Selain tidak nyaman, rumah yang jumlah penghuninyatidak sebanding dengan luas rumah juga tidak sehat, baik secara fisik maupun sosial. Setiap orang yang tinggal dalam rumah membutuhkan oksigen yang cukup. Jika penghuni terlalu banyak, maka kebutuhan oksigen tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan setiap penghuni secara sehat. Selain itu,rumah yang terlalu padat lebih memungkinkan terjadinya penularan berbagai jenis penyakit. Karena itu, luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5-3 m2 untuk tiap orang.

e.                   Fasilitas-fasilitas di Dalam Rumah
Sebuah rumah harus mempunyai fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kebutuhan dan aktivitas penghuninya. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan air bersih dan tempat pembuangan.
1)                 Penyediaan air bersih yang cukup
Air merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, baik untuk minum, mandi maupun mencuci. Rumah yang sehat harus didukung oleh ketersediaan air bersih yang dalam jumlah cukup. Air yang tidak bersih dapat menimbulkan berbagai penyakit karena dapat menjadi tempat tumbuh berkembangnya bakteri.

2)                 Pembuangan tinja
Setiap rumah sebaiknya memiliki pembuangan tinja masing-masing. Tempat pembuangan tinja yang dipakai secara bersama-sama oleh banyak keluarga dapat menimbulkan penularan berbagai penyakit. Tempat pembuangan tinja dibuat dari bahan yang mudah meloloskan tinja dan harus selalu bersih atau terawat.

3)                 Pembuangan air limbah (air bekas)
Setiap penghuni pasti menggunakan air untuk berbagai keperluanya. Sebagian akan menjadi air limbah yang dibuang ke lingkungan. Pembuangan air limbah menjadi sangat penting, bukan hanyakarena alasan bau dan pemandangan yang tidak sedap, tetapi karena air limbah sangat berbahaya bagi kesehatan. Karena itu, air limbah diupayakan dibuamg pada saluran dan tempat pembuangan yang tertutup.

4)                 Pembuangan sampah
Seperti halnya air limbah, pembuangan sampah menjadi penting untuk diperhatikan karena alasan kesehatan, kenyamanan dan estetika. Tempat pembuangan sampah diupayakan agar tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah dijangkau serta tertutup agar tidak menjadi tempat bekembangnya berbagai penyebab penyakit.

5)                  Fasilitas Dapur dan Ruang Keluarga
Dapur dalam rumah merupakan fasilitas penting dan perlu diperhatikan pemeliharaanya. Biasanya sampah dan sisa-sisa makanan berada didapur. Kondisi ini mengundang berbagai binatang yang dapat menjadi berbagai vektor berbagai jenis penyakit seperti tikus dan kecoa. Tempat memasak atau dapur yang bergabung dengan ruangan lainnya sangat tidak sehat karena asap dan limbah lainya akan langsung mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan penghuninya.
Di daerah pedesaan, rumah juga dilengkapi dengan fasilitas lainya terkait dengan aktivitas penghuninya. Fasilitas tersebut adalah :
1.    Gedung sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Gedung dapat dibuat bersatu atau terpisah dengan bagungan utama.
2.    Kandang ternak, lokasinya harus terpisah dengan rumah. Kandang ternak yang disimpan didekat rumah atau bahkan dibawah dan didalam rumah dapat menjadi sumber penyakit.

6)                  Sistem Pembuangan
            Air limbah merupakan air kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah permukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tahan, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Kusnoputranto, 1985). Air limbah tersebut harus terlebih dahulu diolah sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan air limbah dimaksudkan ini untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Dalam batas tertentu sebenarnya lingkungan mampu menetralisir limbah atau melakukan pemurnian kembali. Namun jika limbah yang dibuang ke lingkungan jumlahnya besar dan mengandung bahan-bahan pencemar berbahaya dan beracun, maka lingkungan tidak akan mampu melakukan pemurnian kembali ( self purification).
Beberapa cara sederhana pengelolaan air buangan antara lain sebagai berikut:
1.                  Pengenceran (dilution)
Cara ini dilakukan dengan mengurangi kekentalan aiar limbah dengan menambahkan air pada air limbah tersebut. Setelah encer, air limbah kemudian dibuang ke badan-badan air seperti sungai, danau dan lain-lain. Cara ini ternyata memiliki beberapa kelemahan seperti jumlah air limbah yang terlalu banyak membutuhkan air yang banyak pula dan masih terdapat bahan-bahan pengencer yang dapat mencemari lingkungan.
a.    Kolam oksidasi (Oxidation ponds)
Cara ini dilakukan dengan cara mengalirkan limbah cair kedalam kolam   oksidasi berbentuk segi empat dengan kedalaman 1-2 meter. Pembersihan limbah memanfaatkan sinar matahari, ganggang (Algae) bakteri dan oksigen. Kolam oksidasi ditempatkan jauh dari permukiman dan terbuka agar memungkinkan adanya sirkulasi angin.
b.    Irigasi
Air limbah dari rumah tangga, rumah potong hewan, perusahaan susu sapi dan lainnya yang kandungan organik dan proteinya cukup tinggidapat dibuang dengan cara irigasi. Cara ini dilakukan dengan cara membuang limbah ke parit-parit terbuka yang digali dan air yang merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Air limbah seperti ini dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan sekaligus sebagai usaha pemupukan.

f.                               Halaman Rumah
Halaman rumah, selain di tata secara estetis, juga perlu di perhatikan kesehatan. Halaman rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Berbagai hal yang perlu di perhatikan:
1)   Halam rumah harus selalu kering dan rata, artinya mempunyai pengaliran air (drainage) yang baik.
2)   Halam rumah harus dilakukan perkerasan dengan baik, tidak berdebu (musim kemarau) dan tidak becek (musim hujan). Perkerasan halaman harus tetap ramah lingkungan artinya dapat dibuat sumur resapan, taman dan dapat menyerap air hujan.
3)   Halaman ditanami rumput yang selalu dipotong pendek dan sebagian ditanami pohon rindang (jangan pohon kelapa dan buah durian yang buahnya dapat menimpa kepala orang).
4)   Adanya pagar dari rumah tembok atau tumbuh-tumbuhan (jangan kawat berduri) untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
5)   Jika halaman cukup luas, bagian halaman yang terletak dibelakng rumah di tanami apotik hidup dengan tanaman obat-obatan seperti tanaman kumis kicing, jambu biji, jahe, temulawak dll.
6)   Halaman rumah terlihat bersih dari segala jenis sampah.
7)   Adanya bak penampungan air, resapan air dan saluran drainase air hujan untuk menunjang kebersihan, kesehatan dan konservasi air tanah.

2.2              Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan
Kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku, keturunan. Lingkungan yang tidak sehat atau sanitasinya tidak terjaga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Begitu pula dengan pelayanan kesehatan yang minim atau sulit dijangkau dapat membuat penduduk yang sakit tidak dapat diobati secara cepat dan dapat menular penyakitnya pada yang lain. Perilaku hidup yang tidak sehat seperti membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah makan, buang air besar atau kecil dimana saja, mencuci atau mandi dengan air yang kotor merupakan perilaku yang dapat mengundang berjangkitnya berbagai penyakit. Akhirnya, kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh factor keturunan karena sebagian dari penyakit diturunkan dari orang tuanya.  
            Lingkungan dapat berperan menjadi penyebab langsung, sebagai faktor yang berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit, sebagai medium transmisi penyakit dan sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit. Udara yang tercemar secara langsung dapat mengganggu sistem pernapasan, air minum yang tidak bersih secara langsung dapat membuat sakit perut, dan lain-lain. Udara yang lembab dapat berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Air dan udara dapat pula menjadi medium perpindahan penyakit dan menjasi faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
            Berdasarkan hal tersebut, faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan penduduk. Limbah cair dan padat dari hasil aktivitas manusia serta limbah dari tubuh manusia (kotoran dan air seni) yang dibuang ke lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia melalui beberapa jalur, yaitu:
1)   Melalui air minum yang terkena limbah.
2)   Masuk dalam rantai makanan seperti melalui buah-buahan, sayuran dan ikan.
3)   Mandi, rekreasi dan kontak lainnya dengan air yang tercemar
4)   Limbah menjadi tempat berkembang biak lalat dan serangga yang dapat menyebarkan penyakit.
Lingkungan yang tidak sehat akibat limbah yang dibuang ke lingkungan pada akhirnya akan menimbulkan berbagai jenis penyakit. Berjangkitnya berbagai limbah berupa kotoran manusia yang dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kolera, tipus, infeksi hati, polio, dan lain-lain. Laporan WHO (World Health Organization) tahun 2004, menyebutkan sekitar 1,8 juta penduduk meninggal dunia setiap tahunnya  karena penyakit diare yang umumnya balita terutama negara-negara berkembang.
Sanitasi yang buruk memungkinkan berbagai penyakit menular terus menyebar. Diantara penyakit manusia yang disebabkan oleh parasit schistomiasis menempati peringkat kedua setelah Malaria. Penyakit tersebut bersifat endemic di 74 negara berkembang dan mengifeksi 200 juta penduduk dan 20 juta diantaranya dangat menderita sebagai akibat dari penyakit tersebut.
Ascariasis ditemukan diberbagai belahan dunia. Penularan dengan frekuensi kejasian tertinggi terjasi di negara-negara tropis dan sub-tropis serta diwilayah yang sanitasinya buruk. Ascariasis merupakan salah satu penyakit parasit yang paling umum dijumpai. Penyakit Ascaris mengakibatkan 60.000 kematian setiap tahunnya terutama anak-anak.
Infeksi trematode disebabkan oleh parasit yang menginfeksi manusia dan binatang. Di banyak wilayah, infeksi ini bersifat endemic. Tinja yang dibuang begitu daja ke kolam, sungai, atau danau dari oaring yang terinfeksi akan simakan oleh ikan, kerang-kerangan, dan lainnya. Manusia terinfeksi oleh trematode melalui ikan dan kerang- kerangan tersebut.
Penyakit lainnya adalah infeksi oleh trachoma yang menyebabkan kebutaan. Trakhoma sangat terkait dengan sanitasi yang buruk. Trakhoma disebarkan oleh kombinasi dari :
1)   Sanitasi yang buruk yang memberikan kesempatan bagi lalat untuk berkembangbiak.
2)   Kesehatan yang buruk akibat kelangkaan air dan kualitas air yang rendah.
3)   Rendahnya pendidikan dan pemahaman tentang mudahnya penularan berbagai penyakit di rumah dan antar manusia.
Komponen lingkungan yang berpotensi besar menjadi penyebab berbagai  jenis penyakit adalah air. Tidak cukupnya jumlah air dan kuaitasnya menyebabkan jutaan orang miskin meninggal setiap tahunnya. Air dapat berkaitan dengan kesehatan melalui berbagai cara berikut ini.
1)   Air yang tercemar dan dikonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit yang bersumber dari air seperti hepatitis, tipes, kolera, disentri dan penyakit lainnya yang menyebabkan diare.
2)   Tanpa air yang cukup, maka infeksi mata dan kulit dapat menyebar dengan mudah.
3)   Air menjadi habitat bagi nyamuk dan parasit yang dapat menyebabkan malaria, schistomsomiasi dan lain-lain
4)   Mengkonsumsi air yang mengandung komponen kimia berbahaya dapat menimbulkan penyakit yang serius.
Sekitar empat milyar kasus diare per tahun menyebabkan 1,5 juta kematian yang sebagian besar adalah balita. Penyakit malaria juga diderita oleh 300 juta penduduk. Penyakit schistosomiasis mengakibatkan 20 juta penduduk mengalami gangguan kesehatan.
Ancaman terhadap kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan tidak hanya melalui air dan kotoran manusia, tetapi juga melalui besi, material organik dan anorganik. Ketika limbah industri dibuang ke lingkungan, khususnya ke sungai selama bertahun-tahun, maka air sungai akan tercemar oleh limbah industri. Padahal sebagian penduduk memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan mandi, cuci dan kakus. Bahkan, sebagian diantaranya masih memanfaatkannya untuk air minum. Akibatnya, muncul berbagai penyakit seperti liver, kanker, dan lain-lain. Limbah juga bisa menimbulkan eutrofikasi (pengkayaan nutrien), sehingga lingkungan perairan terlalu subur untuk tumbuhnya berbagai jenis alga dan munculnya bakteri yang dapat menimbulkan iritasi kulit dan kerusakan hati.

2.3              Upaya Menciptakan Sanitasi Lingkungan yang Baik
Pengaruh buruk dari lingkungan sebenarnya dapat dicegah dengan mengembangkan kebiasaan hidup sehat dan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik. Kebiasaan hidup sehat dilakukan dalam berbagai cara seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah dan halaman secara rutin, membersihkan kamar mandi secara rutin dan lain-lain. Kebiasaan tersebut dapat memutus siklus perkembangbiakan berbagai jenis organisme pembawa penyakit. Gambaran tentang aktivitas-aktivitas untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang baik adalah sebagai berikut.
1.            Mengembangkan Kebiasaan atau Perilaku Hidup Sehat
Terjangkitnya penyakit seperti diare diakibatkan oleh kebiasaan hidup yang tidak sehat. Kebiasaan yang dimaksud adalah tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,buang air besar atau kecil sembarangan, minum air yang belum dimasak secara benar dan lain-lain.
Hasil kajiaan sejumlah lembaga menunjukkan masih cukup banyaknya di Indonesia yang belum mempraktekkan kebiasaan-kebiasaan tersebut. Sebagai contoh Data dari Depkes menunjukkan hanya sebagian kecil masyarakat yang mempraktikkan cuci tangan : 12 persen setelah buang air besar , 9 persen setelah membersihkan pantat bayi, 14 persen sebelum makan, 7 persen sebelum memberi makan anak, dan 6 persen sebelum menyiapkan makanan.
Studi Baseline Basic Human Services USAID terhadap 7.137 rumah tangga yang memiliki anaak berusia di bawah tiga tahun di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur (di 30 kabupaten/kota), ternyata hanya 77 persen yang memiliki sikap positif terhadap cuci tangan memakai sabun.
Sebagian masyarakat juga masih mempraktikkan BAB (Buang Air Besar) dan BAK (Buang Air Kecil) secara sembarangaan. Sebagian diantaranya ada yang masih BAB di kebun dan sungai. Padahal sungai tersebut dipakai mandi dan mencuci oleh masyarakat lainnya.

2.            Membersihkan Ruangan dan Halaman Rumah secara Rutin
Ruangan dalam rumah dapat menimbulkan berbagai penyakit jika tidak secara rutin dibersihkan. Perlengkapan rumah seperti karpet dan kursi berpotensi menjadi tempat mengendapnya debu. Debu yang mengendap dan kemudian beterbangan di dalam ruangan dapat menimbulkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Debu juga dapat berfungsi sebagai mediaa tempat menempelnya bakteri atau virus yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Ruangan yang tidak bersih dan rapi juga dapat mengundang masuknya lalat, nyamuk dan tikus masuk ke dalam ruangan. Padahal keduanya dapat menjadi faktor pembawa penyakit.

3.            Membersihkan Kamar Mandi dan Toilet
Kamar mandi dan toilet merupakan bagian dari rumah yang paling kondusif untuk dijadikan tempat perkembangbiakan berbagai jenis organisme penyebab dan pembawa penyakit. Lantai kamar mandi yang senantiasalembap atau bahkan basah merupakan tempat yang cocok bagi berkembangnya bakteri atau mikroorganisme penyebab berbagai penyakit. Karena itu, kamar mandi dan toilet harus lebih sering dibersihkan dibanding ruangan lainnya.

4.            Menguras, Menutup dan Menimbun (3M)
Bak atau tempat penampungan air dapat menjadi tempat yang sangat baik bagi perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, baak dan tempaat penampungan air harus dibersihkan dan dikuras secara rutin minimal satu minggu sekali. Tempat penampungan air diupayakan selalu tertutup.
Menutup tempat penyimpanan air dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk. Menutup tempat penampungan air juga mencegah masuknya organisme lainnya yang dapat menimbulkan penyakit seperti tikus dan kecoa.
Aktivitas menimbun dilakukan agar barang-barang di lingkungan tidak dijadikan sarang atau tempat perkembangbiakan organisme yang merugikan kesehatan. Kaleng, ban bekas, plastik dan lain-lain sebaiknya ditimbun jika akan dipakai lagi.

5.            Tidak membiarkan adanya air yang tergenang
Genangan air seringkali dianggap tidak membahayakan. Padahal, genangan air yang dibiarkan lama, terutama pada musim hujan dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, barang-barang bekas yang sedianya dapat menampung air seperti botol, kaleng, ban bekas sebaiknya dikubur atau dihancurkan.

6.            Membersihkan saluran pembuangan air
Air bekas mencuci, mandi, masak, dan air dari kakus akan masuk ke saluran pembuangan. Saluran tersebut biasanya terbuka dan air yang mengalir sangat kotor dari limbah cair maupun sampah. Jika dibiarkan, tempat tersebut menjadi sumber berbagai jenis penyakit dari organisme yang hidup didalamnya. Karena itu, secara individu maupun bersama-sama dengan warga masyarakat lainnya, secara rutin saluran tersebut harus dibersihkan.
Jika ada ternak atau hewan peliharaan, maka hewan dan kandangnya harus dibersihkan dan kandangnya disemprot dengan desinfektan. Ternak dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit. Virus seperti virus flu burung (Avian infuenza) menyebar melalui ternak yaitu unggas. Karena itu aktivitas membersihkan ternak dan kandangnya sangat penting. Cuci tangan dan mandi atau mencuci pakaian yang sebelumnya dipakai setiap selesai membersihkan ternak dan kandangnya harus selalu dilakukan.

7.            Menggunakan air yang bersih
Air menjadi salah satu komponen penting dalam kaitannya dengan kesehatan. Namun, sebagian masyarakat kita masih menggunakan air yang tidak bersih untuk keperluan mencuci dan mandi serta memasak maupun minum. Selain itu,proses masak yang tidak sempurna juga dapat menyebabkan penyakit. Karena itu, tidak heran jika banyak penyakit yang muncul karena faktor air.

2.4              Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Penyakit Endemik
Penyakit endemik adalah penyakit yang munculnya di suatu tempat. Munculnya suatu penyakit akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang, maupun lingkungan. Dengan demikian, suatu penyakit muncul dari penyebab yang majemuk.

Gambar 1. Segitiga Penyebab Munculnya Penyakit
Menurut model ini, sesuatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian, timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai penyakit pada berbagai titik. 

Gambar 2. Lingkaran yang Mempengaruhi Munculnya Berbagai Penyakit
(Sumber : Notoadmodjo, 2007)
Seperti halnya dengan jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dan berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agent. Di sini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Artinya jika lingkungan hidupnya baik maka penyakit dapat dicegah. Dengan model di atas hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadi penyakit.
Munculnya suatu penyakit di suatu tempat (endemik) bisa saja menular ke daerah lain yang kondisi lingkungannya mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya bibit penyakit. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang satu ke orang yang lainnya, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agent atau penyebab penyakityang hidup dan dapat berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu ke yang lain karena 3 faktor berikut: adanya agent (penyebab penyakit), host (induk semang), dan route of transmission (jalannya penularan). Keadaan tersebut dapat dianalogikan seperti perkembangan suatu tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host sebagai tanah, dan route of transmission sebagai iklim.
Agen-agen infeksi (penyebab infeksi) antara lain:
1.    Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar, dan sebainya.
2.    Golongan riketsia, misalnya: tifus.
3.    Golongan bakteri, misalnya disentri.
4.    Golongan protozoa, misalnya malaria, filarial, schistosoma, dan sebagiainya.
5.    Golongan jamur yakni bermacam-macam panu, kurap, dan sebagainya.
6.    Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perutseperti ascaris (cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang, dan sebagainya.
Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive), maka terdapat persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1.    Berkembang biak
2.    Bergerak atau berpindah dari induk semang
3.    Mencapai induk semang baru
4.    Menginfeksi induk semang baru tersebut. Kemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang, dan survival, tempat bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat, sehingga ia dapat tetap hidup.
Reservoir atau sumber penyakit dapat berupa manusia, binatang atau benda-benda mati. Reservoir di dalam manusia antara lain campak (measles), cacar air (small pox), tifus (typhoid), meningitis, gonoirhoea, dan sifilis. Manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier. Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya, tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Convalescent Carriers adalah orang yang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.
Carriers sangat penting dalam epidemiologi penyakit-panyakit polio, tifus, meningococcal meningitis dan amebiasis. Hal ini disebabkan karena jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang sakit). Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka menderita/kena penyakit. Carriers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relative lama.
Reservoir pada binatang yaitu sumber penyakit yang mengendap pada binatang. Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat menular pada manusia. Penularan penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni:
1.    Orang yang memakan daging binatang yang menderita penyakit, miasalnya cacing pita
2.    Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk
3.    Binatang penderita penyakit langsung menggigit orangnya, misalnya rabies.
Selain binatang, benda-benda mati juga juga dapat menjadi sumber pengendapan penyakit. Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda- benda mati pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umunya bibit penyakit ini berkembangbiak pada lingkungan yang cocok untuknya. Karena itu, bila terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dan kondisi dimana ia dapat hidup, maka ia berkembangbiak dan siap infektif. Contoh, clostridium tetani penyebab tetanus, otulinum penyebab keracunan makanan, dan sebagainya.
Model penularan adalah suatu mekanisme di mana agent/penyebab penyakit tersebut ditularkan dari orang ke orang lain, atau dari reservoir kepada induk semang baru. Penularan ini melalui berbagai macam cara antara lain:
a.    Kontak. Kontak di sisn dapat terjaid kontak langsung maupun tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi
b.    Pernapasan, yaitu penularan melalui udara atau pernapasan. Oleh karena itu, ventilasi rumah yang kurang, berjejalan (over crowding), dan tempat-tempat umum adalah faktor yang sangat penting dalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan melalui udara sering disebut air brine infection.
c.    Infeksi yaitu penularan melalui tangan, makanan, atau minuman
d.   Penetrasi pada kulit. Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing tambang, melalui gigitan vector misalnya malaria atau melalui luka, misalnya tetanus
e.    Infeksi melalui placenta, yakni infeksi yang diperoleh melalui placenta dan ibu penderita penyakit pada waktu mengandung, mislanya sifilis dan toxoplasmosis.
Faktor induk semang (host) terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan kata lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung/ditentukan oleh kekebalan/resistensi oaring yang bersangkutan.
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular ini ada 3 yaitu:
1.    Eliminasi reservoir (sumber penyakit). Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan mngisolasi penderita, yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain. Karantina, adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya  bersama-sama penderita lain yang sejenis pad atempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk pendderita kusta
2.    Memutus mata rantai penularan yaitu meningkatkan sanitasi lingkungan dan higyene perorangan merupakan usaha yang penting untuk meutuskan hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular
3.    Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan. Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit menular. Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Karena itu, meningkatkan gizi anak merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.


                                                                                                                  


3.      PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Dari pembahasan masalah di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Cara meningkatkan sanitasi lingkungan adalah dengan cara menjaga kondisi lingkungan dan rumah dengan memperhatikan kesehatan dan estetika agar dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan.
2.    Lingkungan dapat berperan menjadi penyebab langsung, sebagai faktor yang berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit, sebagai medium transmisi penyakit dan sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
3.  Sanitasi lingkungan yang baik dapat diciptakan dengan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dapa dilakukan dalam berbagai cara seperti membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin; membersihkan kamar mandi dan toilet; menguras, menutup dan menimbun (3M); tidak membiarkan adanya air yang tergenang; membersihkan saluran pembuangan air dan selalu menggunakan air yang bersih.
4.    Pencegahan dan penanggulangan penyakit dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu dengan eliminasi reservoir (sumber penyakit), memutus mata rantai penularan dan melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan.

3.2              Saran
Penulis menyarankan agar dalam makalah ini ditambahkan tentang pokok bahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan upaya penyadaran kepada masyarakat  dalam meningkatkan sanitasi lingkungan serta keterlibatan pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman sehingga masyarakat terhindar dari berbagai penyakit.  

DAFTAR PUSTAKA
Kusnoputranto, Haryoto. 1985. Kesehatan Lingkungan. FKM UI, Jakarta.

Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoadmojo, Soekidjo. 2007.  Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

UNICEF. 1997. Laporan Situasi Anak-anak di Dunia. New York : UNICEF.

WHO (World Health Organization). 2004. pp. 120-4. ISBN92-4-156265-X.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Lautan Mahasiswa © 2014 Main Blogger - Blogger Template & Blogging Stuff. Supported by Berbagi Bisnis and Jasa Blog